Rabu, 30 September 2015

Teks Sejarah "MEGENGAN"



MEGENGAN
Megengan berasal dari kata megeng yang artinya “menahan”, tidak hanya menahan nafsu, tetapi juga menahan diri dari segala nafsu seperti amarah dan juga yang membatalkan saat puasa. Megengan dilaksanakan pada seminggu menjelang minggu terakhir di bulan Sya’ban, menurut mbah Rejo megengan diperkenalkan oleh Sunan Kali Jaga pada saat penyebaran agama islam di Jawa, terutama Jawa Timur
Dalam acara megengan ada makanan khas yang harus selalu ada yanitu Kue apem dan pisang raja, kue ape ini melambangkan permohonan maaf secara tidak langsung kepada tetangga-tetangga sekitar , karena menurut mbah Rejo apem berasal dari kata Afwun yang artinya meminta maaf, pisang raja hanya sebagai syarat wajib dan harus ada pada saat malam tahlil yang ditujukan untuk mendoakan para leluhur
Menurut mbah Rejo kue apem dan pisan raja apabila disatukan akan menjadi payung. Payung melambangkan perlindungan dari segala cobaan selama menjalankan ibadah di Bulan Ramadhan. Dilihat dari bahan dasar kue apem yaitu beras … putih yang melambangkan kesucian dan kebersihan hati, kemudian santen,arti santen (perasan kelapa parut) “sagetho nyuwun pangapunten “ yang dalam bahasa Indonesia berarti meminta maaf , sedangkan gula dan garam melambangkan perasaan hati
Pada malam tahlil megengan kue apem dan pisang raja tidak dihidangkan begiu saja tetapi bersamaan dengan sego ambeng atau nasi yang mempunyai berbagai macam lauk yaitu : bihun yang dicampur dengan sayur kol dan wortel, tempe, tahu, kemudian ditata di “Lengser“ tempat menata makanan tahlil tadi , acara megengan di desa saya dilaksanakan sesudah sholat magrib di Musolla dan di Masjid, tempat tahlil jamaaah laki-laki dan perempuan berbedatetapi ada 1 imam dimusola yang memimpin doa dalam tahlil, jamaah perempuan tahlil di musolla sedangkan jamaah Laki- laki di masjid, doa dalam tahlil biasanya membaca yasin, surat pendek, dan mendoakan para leluhur

Tidak ada komentar:

Posting Komentar