MEGENGAN
Megengan berasal dari kata megeng yang artinya “menahan”, tidak hanya menahan nafsu, tetapi
juga menahan diri dari segala nafsu seperti amarah dan juga yang membatalkan
saat puasa. Megengan dilaksanakan pada seminggu menjelang minggu terakhir di bulan
Sya’ban, menurut mbah Rejo megengan diperkenalkan oleh Sunan Kali Jaga pada
saat penyebaran agama islam di Jawa, terutama Jawa Timur
Dalam acara megengan ada makanan khas yang harus
selalu ada yanitu Kue apem dan pisang raja, kue ape ini melambangkan permohonan
maaf secara tidak langsung kepada tetangga-tetangga sekitar , karena menurut
mbah Rejo apem berasal dari kata Afwun yang artinya meminta maaf, pisang raja
hanya sebagai syarat wajib dan harus ada pada saat malam tahlil yang ditujukan
untuk mendoakan para leluhur
Menurut mbah Rejo kue apem dan pisan raja apabila
disatukan akan menjadi payung. Payung melambangkan perlindungan dari segala
cobaan selama menjalankan ibadah di Bulan Ramadhan. Dilihat dari bahan dasar
kue apem yaitu beras … putih yang melambangkan kesucian dan kebersihan hati,
kemudian santen,arti santen (perasan kelapa parut) “sagetho nyuwun pangapunten “ yang dalam bahasa Indonesia berarti
meminta maaf , sedangkan gula dan garam melambangkan perasaan hati
Pada malam tahlil megengan kue apem dan pisang raja tidak dihidangkan begiu saja
tetapi bersamaan dengan sego ambeng
atau nasi yang mempunyai berbagai macam lauk yaitu : bihun yang dicampur dengan
sayur kol dan wortel, tempe, tahu, kemudian ditata di “Lengser“ tempat menata
makanan tahlil tadi , acara megengan di desa saya dilaksanakan sesudah sholat
magrib di Musolla dan di Masjid, tempat tahlil jamaaah laki-laki dan perempuan
berbedatetapi ada 1 imam dimusola yang memimpin doa dalam tahlil, jamaah
perempuan tahlil di musolla sedangkan jamaah Laki- laki di masjid, doa dalam
tahlil biasanya membaca yasin, surat pendek, dan mendoakan para leluhur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar